Intisari Kandungan Ayat (Ayat 31-36)


Jakarta - Intisari Kandungan Ayat (Ayat 31-36)

Setelah ayat-ayat yang lalu menguraikan siksa bagi para pendurhaka, ayat 31 hingga 36 menguraikan ganjaran orang-orang bertakwa, yakni "Bagi mereka kemenangan yang besar atau masa dan tempat kebahagiaan di surga (yaitu) kemenangan dengan memperoleh keselamatan dan keterbebasan dari bencana serta perolehan kebajikan yang dilengkapi dengan kebun-kebun dan buah-buah anggur, serta gadis-gadis remaja yang baru tumbuh payudaranya, lagi sebaya dengan sesamanya dan/ atau sebaya juga dengan pasangannya. Yang menjadi penghuni surga itu tersedia juga gelas-gelas yang isinya penuh minuman yang sangat lezat. Di surga sana, mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (juga) ucapan dusta. Yang demikian itu adalah ganjaran yang bersumber dari Tuhanmu, wahai Nabi Muhammad, yang merupakan pemberian yang banyak dan memuaskan."

Pelajaran yang Dapat Dipetik dari Ayat 31-36

1. Nikmat surgawi bermacam-macam. Ada yang bersifat jasmani; makanan dan seks, ada juga yang bersifat ruhani; keterbebasan dari perkataan sia-sia dan kebohongan.
2. Ucapan yang tidak memunyai makna lebih-lebih kebohongan adalah sesuatu yang buruk, yang tidak wajar muncul dari orang-orang yang mendambakan surga.
3. Nikmat surgawi bukanlah imbalan amal kebaikan sehingga dapat dituntut, tetapi ia adalah ganjaran yang diterima berkat pemberian Allah. Itu sebabnya ketika berbicara tentang siksa, dinyatakan-Nya: "Balasan yang setimpal" (ayat 26) berbeda dengan ganjaran surga yang dinyatakan-Nya sebagai "Pemberian".
4. Penyebutan kata Tuhanmu dalam konteks pemberian ganjaran (ayat 36) mengisyaratkan betapa tinggi kedudukan Nabi Muhammad SAW di sisi Allah SWT.

Intisari Kandungan Ayat (Ayat 37-40)

Setelah ayat yang lalu menjelaskan aneka ganjaran yang disiapkan Allah, ayat 37 dan seterusnya menjelaskan siapa Allah, bagaimana sikap makhluk kelak jika terjadi Kiamat serta sifat Kiamat. Ayat 37 menegaskan bahwa Dia yang memberi ganjaran itu adalah Tuhan Pemelihara dan Pengendali langit dan bumi, serta apa yang terdapat antara keduanya, semua makhluk yang berada di alam raya ini tidak memiliki, yakni tidak diberi oleh Allah kemampuan/ wewenang berbicara kepada-Nya.

Ketiadaan wewenang dan kemampuan itu menurut ayat 38 akan sangat jelas terlihat pada Hari Kiamat, hari ketika ruh, yakni malaikat Jibril dan para malaikat semuanya, berdiri bershaf-shaf, menghadap-Nya. Mereka tidak berkata-kata, lebih-lebih keberatan atau memohonkan ampunan atau syafaat kepada yang durhaka, kecuali siapa yang telah diberi izin khusus untuk berbicara oleh ar-Rahmân, Tuhan Yang Maha Pemurah itu; dan yang diberi izin itu mengucapkan kata yang benar.

Ayat 39 menyatakan bahwa: Itulah hari yang pasti terjadi dan jika demikian maka siapa yang menghendaki, untuk menelusuri jalan keselamatan—sebelum Jahanam
menjadi tempat tinggalnya—maka hendaklah dia sekarang ini juga bersungguh-sungguh menempuh menuju Tuhannya jalan kembali dengan beriman, bertaubat, dan beramal saleh."

Akhirnya, surah ini ditutup oleh ayat 40 dengan firman-Nya: Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kamu—hai semua manusia, khususnya yang kafir—tentang siksa yang dekat. Itu akan terjadi pada hari setiap orang melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya, yakni amal-amal kebaikan dan keburukannya selama hidup di dunia atau melihat balasan dan ganjarannya. Orang Mukmin ketika itu akan berkata: "Alangkah baiknya jika aku dibangkitkan sebelum ini." Dan orang kafir akan berkata: "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah sehingga tidak dibangkitkan dari kubur atau sama sekali tidak pernah wujud."

Pelajaran yang Dapat Dipetik dari Ayat 37-40

1. Allah Penguasa di dunia dan di akhirat. Kekuasaan-Nya di akhirat sangat menonjol sehingga tidak satu pun yang mengingkarinya. Semua takut kepada-Nya, tidak seperti dalam hidup duniawi. Di sana, para malaikat yang dekat kepada-Nya pun tidak dapat berbicara kecuali dengan izin-Nya, maka tentu lebih lebih makhluk durhaka. Mereka pasti akan bungkam.

2. Allah adalah Pemilik, Pemelihara, dan Pengatur alam raya dari yang sekecil-kecilnya hingga yang sebesar-besarnya. Dia bukan sekadar Pencipta, lalu menyerahkan wewenang pengaturan aneka ciptaan-Nya kepada malaikat/dewa-dewa, baik dipersonifikasi dengan berhala-berhala, maupun tanpa personifikasi (sekadar percaya).

3. Ganjaran, bahkan balasan yang diberikan Allah adalah bagian dari rahmat-Nya, termasuk yang diterima oleh para pendurhaka. Bukankah merupakan rahmat menghukum yang bersalah? Bukankah merupakan rahmat membedakan antara yang baik dan yang buruk?

4. Di Hari Kemudian setiap orang akan melihat apa yang dikerjakannya di dunia. Itu dapat berarti melihat dengan mata kepala ganjaran dan balasan amalnya, atau bahkan melihatnya kembali sebagaimana yang terjadi—melebihi cara kita sekarang melihat rekaman peristwa-peristiwa.

5. Penghuni neraka menyesal—penyesalan yang tidak berguna—mengapa mereka harus diwujudkan di dunia untuk memikul tanggung jawab. Karena itu yang berakal hendaknya menggunakan kesempatan hidupnya di dunia, agar tidak menyesal di Hari Kemudian.
Demikian, Wa Allah A'lam.

(Selesai)

(Tafsir Al Misbah ini merupakan kerjasama detikcom dan www.alifmagz.com)

( gst / vit )source[ramadan.detik.com]

0 komentar:

Posting Komentar